Once upon a time in Gunung Padang


5 Mei lalu saya ditemani pasangan saya, berangkat menuju Cianjur untuk berpetualang menuju Gunung Padang. Perjalanan kami telah dirancang seminggu sebelumnya dengan googling seputar objek dan rute perjalanan. Tujuannya sih hanya jalan-jalan menikmati waktu libur panjang berdua. Meskipun sebenarnya kerjaan freelance telah menanti sepulangnya kami dari sana.

Jadi kami bertemu sekitar pukul 10 pagi hari Kamis, kemudian mempersiapkan segala keperluan kesana. Berangkat pukul 11 siang dan mulai mengahadapi jalanan Cimahi yang padat. Maklum minggu kemarin sedang libur panjang, jadi semua orang keluar rumah untuk piknik. Kami kemudian sampai di Ciranjang pukul 12 siang. Kami berhenti sejenak dan melaksanakan shalat dzuhur.

Selepas itu, kami lanjutkan perjalanan hingga memasuki kota Cianjur. Dari perempatan terminal Rawabango, kami belok kiri menuju ke terminal Pasirhayam. Setelah itu, kami berhenti lagi sejenak untuk mengisi perut sebelum terlalu jauh melangkah. Lanjutan perjalanan agak lebih cepat karena jalan lengang dan kami memburu waktu karena sudah ngaret dari waktu perkiraan pukul 13.00 ketibaan disana.


Tiba di Warungkondang, kami lanjutkan perjalanan menyusuri jalanan Desa yang kecil dan berbukit-bukit. Perjalanan cukup asik karena tidak ada hambatan yang berarti selain ngantuknya saya di motor. Hehe.. jadi berkali-kali berhenti di pinggir jalan untuk rehat. Untungnya hujan turun hanya sebentar.

Dengan bermodal hanya baca cerita perjalanan dari web, kami sampai dengan selamat di Gunung Padang. Insting naluriah plus persiapan yang matang jadi andalan ketika bepergian ke tempat yang belum pernah kita kunjungi sama sekali. Kita mesti tau benar rute jalan terbaik, tempat-tempat transit, biaya perjalanan, tempat menginap (jika diperlukan) dan info seputar hal yang bisa dilakukan di lokasi wisata. Cianjur sebenarnya sudah tidak asing lagi dengan saya, beberapa kali kesini untuk main. Tapi untuk mencapai ke Gunung Padang, it’s a new thing.




Disana kami menaiki anak tangga batu dengan rute yang paling sulit. Hampir 90 derajat. Di Gunung Padang, kami melihat-lihat batuan yang berserakan sembari sesekali saya mengingat informasi mengenai sejarah tempat ini. Gunung Padang merupakan salahsatu situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara. Lokasi dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, dijalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha.


Letaknya di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka. Menurut para ahi purbakala Indonesia, gunung Padang juga dibangun sekitar 5200 Sebelum Masehi, lebih tua dari Piramida Giza Mesir yang dibangun 2500 Sebelum Masehi. Melihat penampakannya sih ya gitu-gitu aja. Batu-batu berserakan dengan aura yang kuat. Makanya ketika kesana, disarankan untuk ditemani guide lokal supaya ada nilai lebih dari perjalanan kalian. Tiket masuk yang kami tahu hanya 2000 rupiah. Tapi ketika kesana, sedang ada pagelaran dan diumumkan bahwa setiap hari libur, tiket masuk lokasi gratis. Great.. Kami istirahat, berfoto dan menikmati pemandangan. Yang kurang dari lokasi ini Cuma papan pengumuman atau informasi. Supaya wisatawan bisa baca sendiri tanpa ditemani guide. Selebihnya, lokasi ini cocok buat petualang minat khusus pada sejarah, arkeologi, geografi dan antropologi.



Kami shalat Ashar di mushola dekat situ dan pulang dengan segera sebelum matahari gelap. Benar saja, kami sampai di Warungkondang beberapa menit sebelum senja tiba. Kami lanjutkan perjalanan sembari membeli makan malam di Warung Nasi Alam Sunda yang letaknya di jalanan bypass Kota Cianjur. Setelah itu, kami kebut tunggangan untuk sampai ke Bandung dengan segera sebelum jam 9 malam. 

No comments:

ayo, komentari apa yang telah anda baca..! berkomentar berarti telah ikut melestarikan budaya ngeblog. jangan sia-siakan waktu anda dengan berdiam diri.. berkaryalah dan menginspirasi orang lain..!

Powered by Blogger.